Kamis, 23 Juni 2011

nama kelompok


PATOLOGI
Kami telah menyelesaikan tugas remidi PATOLOGI,Kami yang mendapat nilai C.
Terdiri dari beberapa nama yaitu :



1.RETNO                              (03201013096)
2.EPRILIA YULIANTI       (03201013104)
3.SINTA                               (03201013107)
4.RIDWAN YAZID            (03201013108)
5.M.ABU RIZAL                 (03201013116)
6.DESY .R                             (03201013121)

SEROLOGI


SEROLOGI
Serologi adalah ilmu yang mempelajari reaksi antigen, antibodi secara invitro. Untuk dapat menegakkan diagnosa suatu penyakit infeksi : kita dapat mengisolasi atau menemukan kuman penyebabnya. Proses isolasi atau menemukan kuman tersebutmemakan waktu yang cukup lama dan sulit dalam pelaksanaannya.
Apabila sebuah kuman masuk kedalam tubuh kita maka kuman tersebut akan merupakan suatu antigen ( benda asing ) bagi tubuh kita dan selanjutnya akan merangsang tubuh kita untuk membentuk antibodi terhadap kuman tersebut. Dengan dapat ditemukannhya antibodi tersebut dalam tubuh kita, maka hal ini akan membantu kita dalam menegakkan diagnosa suatu penyakit infeksi. Proses untuk menemukan atau mendeteksi adanya antigen dan antibodi tersebut yang selanjutnya kita kenal dengan pemeriksaan Serologi. Beberapa contoh pemeriksaan serologi adalah : Widal, VDRL, Toxoplasma, Hepatitis, AIDS, dsb.
WIDAL
Adalah pemeriksaan serologi untuk membantu menegakkan diagnosa penyakit demam thypoid. Dalam pemeriksaan ini dipakai suspensi kuman Salmonela Typhosa, Salmonela Paratyphosa sebagai antigen untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap kedua kuman Salmonela tersebut dalam serum penderita.
Apabila terjadi pertemuan antara antigen dan antibodinya yang sejenis, maka akan terjadi proses AGGLUTINASI.
STRUKTUR ANTIGENIK KUMAN SALMONELA TYPHOSA
Untuk pemeriksaan Widal, dipakai antigen O dan antigen H, sedangkan antigen Vi biasanya dipakai untuk mendeteksi adanya karrier.
Sifat dan ciri khas antigen O adalah :
·         Merupakan lapisan luar dari kuman.
·         Merupakan suatu lipopolisakarida.
·         Bersifat sebagai endotoxin.
·         Tahan terhadap pemanasan dan alcohol.
·         Tidak tahan terhadap formalin.
Sifat dan ciri khas antigen H adalah :
·         Terhadap pada flagella / fimbriae.
·         Merupakan suatu protein.
·         Tahan terhadap formalin.
·         Tidak tahan terhadap panas dan alcohol.
Sifat dan ciri khas antigen Vi adalah :
·         Terdapat pada Kapsul kuman.
·         Berperan pada karier.
PATOGENESA DEMAM TYPHOID
Kuman S. Typhii dan S. Paratyphii masuk ke dalam tubuh kita melalui saluran pencernaan mencapai epithel usus kemudian menembus kelenjar lymphe usus (PLAQUE of PAYER), dan kemudian berkembang biak dikelenjar lymphe tersebut.
Dari kelenjar lymphe tersebut kemudian masuk ke ductus thoracicus dan akhirnya ke aliran darah hingga mencapai liver, kandung empedu, limpa, ginjal dan sumsum tulang dan berkembang biak lagi didalam organ-organ tersebut.
Seluruh proses ini memakan waktu selama 7-10 hari.
Dari organ-organ tersebut kemudian masuk kedalam aliran darah lagi (stadium bakteremia kedua) dan melepaskan endotoxin sehingga menimbulkan gejala-gejala penyakit demam typhoid seperti misalnya : mual, febris, pusing, perut kembung dsb. Adanya endotoxin di dalam darahtersebut juga merangsang pembentukan antibodi terhadap kuman salmonella tersebut. Proses pembentukan antibodi tersebut memerlukan waktu kurang lebih 1 minggu.
Selanjutnya kuman akan dimakan oleh sel macrophage sehingga kuman di dalam darah akan menghilang.
Adapun antibodi yang mula-mula dibentuk adalah : Antibodi terhadap antigen O, kemudian menyusul antobodi terhadap antigen H, dan yang paling akhir adalah antibodi terhadap antigen Vi.
Titer (kadar) antibodi didalam aliran darah ini baru dapat dideteksi pada hari ke 15-17 setelah kuman masuk kedalam tubuh, dan mencapai kadar puncak pada minggu ke 4-5, kemudian akan menghilang setelah 6-12 bulan untuk antibodi terhadap antigen H.
Peningkatan titer antibodi didalam tubuh sebanyak 4 kali pada pemeriksaan ulangan merupakan diagnosa pasti demam thypoid. (misalnya : dari 1/100 menjadi 1/400)
TEKNIK PEMERIKSAAN
1.       CARA SLIDE :
1 tetes serum (antibodi) ditambah 1 tetes antigen salmonella dan dilakukan pada sebuah obyek glass. Bila terjadi agglutinasi berarti hasil + dan ini harus dikonfirmasi.
Tabung pada baris pertama ditambah dengan antigen O, tabung pada baris kedua ditambah dengan antigen H, tabung pada baris ketiga ditambah dengan antigen para typhhus A, sedangkan tabung pada baris keempat ditambah dengan antigen para – typhus B.
Kemudian keseluruhan tabung tersebut diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37C. Setelah itu dilakukan pembacaan pada masing-masing tabung.
Keuntungan dari pemeriksaan Widal adalah : tekniknya sederhana, mudah dan murah.
Kerugian dari pemeriksaan Widal adalah :
ü  Adanya reaksi silang
ü  Nilai normal daerah endomis tidak sama dengan daerah no endemis
ü  Bila terjadi gangguan proses immunitas, pembentukan antibodi terganggu maka Test Widal dapat memberikan hasil negative palsu.
ü  Tidak digunakan untuk evaluasi teraphi

REAKSI TRANSFUSI


REAKSI TRANSFUSI
DEFINISI :
Semua kejadian yang tidak menguntungkan penderita, yang timbul selama atau setelah dan memang berhubungan dengan transfuse tersebut.
PEMBAGIAN :
I.          REAKSI TRANSFUSI SEGERA :
1.      Reaksi transfusi haemolitik
2.      Reaksi transfusi panas non haemolitik
3.      Reaksi transfusi oleh karena darah tercemar
4.      Reaksi transfusi allergie
5.      Reaksi transfusi perdarahan abnormal
6.      Reaksi transfusi gagal jantung
7.      Reaksi transfusi keracunan
8.      Reaksi transfusi thrombophlebitis

II.       REAKSI TRANSFUSI LAMBAT :
1.      Reaksi transfusi haemolitik lambat
2.      Penularan penyakit : malaria, hepatitis, HIV, dsb
3.      Haemosiderosis/ haemokromatosis

1.      Reaksi Tranfusi Haemolitik Segera ( RTHS ) :
Pada reaksi ini terjadi perusakan sel darah merah setelah/  selama transfusi.
Jenisnya :
A.    Perusakan sel darah merah intrafaskulair
Biasanya disebabkan oleh ABO incompatibilitas
Gejala yang terjadi biasanya nyata dan segera
B.     Perusakan sel darah merah extravaskulair
Biasanya disebabkan oleh Rh incompatibilitas atau kwalitas darah yang jelek.
Gejala yang timbul adalah minimal, tidak nyata dan lambat
Gejala yang khas adalah icterus yang timbul 3-5 jam post transfusi

Gejala :
·         Panas pada tangan yang ditransfusi
·         Suhu tubuh yang meningkat ® menggigil
·         Sesak nafas ® nyeri dada
·         Nyeri didaerah lumbal
·         Rasa mual/ muntah
·         Shock ® tekanan darah menurun
·         Terjadi perdarahan yang abnormal ® haematuri
·         Produksi urine menurun ® gagal ginjal ® mati
Apabila penderita dalam pembiusan : ® ingat RTHS bila :
·         Hipotensi yang tidak sesuai perdarahan
·         Terjadi perdarahan yang abnormal ® DIC
·         Terdapat hemoglobinuria

Pemeriksaan laboratorium : Anemi, Lekopheni, Thrombopheni, Hb Plasma meningkat, Bilirubin meningkat, Fibrinogen menurun, dan terjadi Hb uri.

Tindakan :
·         STOP transfusi ® infus NaCi 0,9
·         Observasi tensi, nadi, respirasi
·         Bila timbul demam beri anti piretik
·         Bila terjadi shock berikan dopamin drip, intravena
·         Berikan lansix, furosemid, ® diuretika
·         Periksakan faal hemostsis
·         Periksa sample darah penderita dan donor ke laborat
·         Konsult dokter

2.      Reaksi panas non haemolitik :
Reaksi ini paling sering terjadi.
Gejala biasanya timbul ½ - 3 jam post transfusi, berupa :
·         Suhu tubuh meningkat ® menggigil
·         Muntah mutah
·         Nyeri yang hebat pada kepala/ otot

Tindakan :
·         STOP transfusi ® infus NaCl 0,9
·         Beri anti piretik
·         Bila panas badan menurun ® boleh dicoba lagi atau ganti darah yang lain

3.      Reaksi trnsfusi karena darah tercemar :
Kuman yang mencemari darah adalah : colliform, pseudomonas, biasanya kedua kuman ini menghasilkan endotoxin
Kontaminasi dapat terjadi oleh karena :
·         Waktu sampling darah
·         Pemakaian antikoagulant yang kurang steril
·         Kuman yang tahan panas ® tidak mati waktu dipanaskan

Gejala yang timbul :
·         Panas badan ® Menggigil
·         Bila berat penderita jatuh kedalam shock
Tanda-tanda darah yang tercemar :
·         Berwarna biru kehitaman
·         Batas sel dan serum tidak jelas ® terjadi hemolisa
·         Bila dikocok perlahan ® serura jadi merah
·         Tampak bekuan darah kecil-kecil ® DIC

Tindakan :
·         STOP transfusi ® infus NaCl 0,9
·         Beri Antibiotik
·         Bari kortikosteroid bila perlu

4.      Reaksi tranfusi karena allergie :
Biasanya karena adanya allergen di dalam donor darah
Gejala yang timbul :
·         Ringan : urtikaria ( gatal-gatal )
·         Berat : sesak nafas, cyanosis, hypotensi ® shock

Tindakan :
·         STOP transfusi ® infus NaCl 0,9
·         Beri Antihistamin
·         Bari kortikosteroid bila perlu
·         Bila terjadi lharink oedem berikan adrenaline

5.      Reaksi transfusi perdaran abnormal :
Reaksi transfusi ini biasanya disebabkan oleh reaksi transfusi hemolitiksegera dan selanjutnya mengalami DIC dan adanya dilusi factor pembekuan darah.
Tindakan :
·         STOP transfusi ® infus NaCl 0,9
·         Bila terjadi DIC beri heparin
·         Bila disebabkan dilusi factor pembekuan darah, beri plasma bekusegera/ darah segar

6.      Reaksi transfusi kegagalan jantung :
Reaksi ini biasanya disebabkan karena : tranfusi dengan volume darah yang besar dan dalam waktu yang angkat, atau pada penderita dengan kelainan jantung.
Tindakan :
·         STOP transfusi ® infus NaCl 0,9
·         Pasien dibuat posisi setengah duduk
·         Beri oksigen
·         Beri obat : Digitalis, Diuretik ® dokter ahli jantung
·         Lakukan phlebotomi bila perlu ® dokter ahli

7.      Reaksi transfusi kegagalan paru :
Penyebab : Darah yang tersimpan lama ® akan terbentuk mikrothrombi ® shg menyebabkan infrak paru
Pencegahan : diberi filter 20 mikron waktu tranfusi

8.      Reaksi transfusi keracunan :
Biasanya disebabkan karena keracunan kalium, sitrat

9.      Reaksi transfusi thrombophlebitis :
Biasanya disebabkan oleh karena alat transfusi yang kurang steril